Kamis, 24 April 2014

Produksi antibiotik dengan cara fermentasi




Teknologi Bioproses
Kelas 2c


MAKALAH
Produksi Antibiotik Dengan Cara Fermentasi



Disusun oleh: Kelompok 1
Nama: Leonardi Saung                         (33112038)
            Rosmala Sarif                           (33112054)
            Nur Wahyuni Ma’sum              (33112071)
            Restiwi Tangkelayuk                (33112051)



TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2013/2014
 







KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pembuatan Antibiotik melalui Fermentasi”  dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan hasil pemikiran kami dibantu oleh beberapa referensi.
     Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak.           
Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada yang terhormat:
1.      Bpk Muhammad saleh selaku dosen  kami yang dengan kerendahan hati membimbing kami dan mengarahkn kami hingga makalah ini dapat terselesaikan.
2.      Orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semangat kerja kepada kami.
3.      Pemilik
4.      Serta teman-teman sekalian yang juga ikut turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklalah sempurna oleh karena itu kami mengharap masukan dan kritikan yang bersifat membangun bagi makalah kami ini.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
            Wassalmu alaikum warahmatullahi wabarakatu


                                                                                                       Hormat kami                                   
                                                                                        
                                                                                     Penulis







DAFTAR ISI

Kata pengantar               ...................................................................................................i
Daftar isi                 ..........................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan.              ...........................................................................................1
I.1. Rumusan masalah             ..............................................................................2
I.2. Tujuan              ..............................................................................................2
I.3. Manfaat              ............................................................................................2
Bab 2. Pembahasan              ............................................................................................3
2.1. Pengertian antibiotik             ........................................................................3
2.2. Bahan baku pembuatan antibiotik           ......................................................3
2.3. Bakteri yang digunakan dalam pembuatan antibiotik       ............................5
2.4. Mekanisme pembuatan antibiotik           .......................................................6
2.5. Manfaat pembuatan antibiotik            ..........................................................9
2.6. sifat-sifat antibiotik  .         .........................................................................10
2.7. contoh pembuatan antibiotik  .......................      ........................................10
BAB 3. Produksi antibiotik               .............................................................................10
3.1. Pendahuluan                 ...............................................................................11
3.2. metode penelitian             ...........................................................................12
3.3. Hasil dan Pembahasan             ....................................................................14
BAB 4. Penutup                 ............................................................................................21
4.1. Kesimpulan                ..................................................................................21
4.2. Saran                 ...........................................................................................21
Daftar pustaka                .................................................................................................iii










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut “peluru ajaib”, yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Penggunaan antibiotik sangat diperhatikan oleh para apoteker dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya penggunaan pada orang awam yang kurang memahami arti pentingnya kepatuhan dalam pengunaan antibiotik. Tentu kita sering mendengar kalimat “antibiotiknya harus diminum sesuai aturan dan sampai habis ya”. Beberapa dari kalian mungkin pernah bertanya, mengapa? Salah satu masalah besar yang timbul dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah resistensi. Dalam kasus ini, jangan meremehkan bakteri ya, karena mereka itu cerdik. Jika kita tidak meminum antibiotik tepat waktu, atau tidak sampai habis karena merasa sudah sembuh, bakteri-bakteri di tubuh kita akan menjadi terlatih dengan “serangan” yang kita berikan. Tidak hanya itu, mereka juga mengatur strategi agar dapat memodifikasi “serangan” sehingga mereka dapat menghindari “serangan” kita dan menjadi kebal. Bayangkan jika infeksi bakteri menjadi sulit diberantas. Berbahaya bukan? Oleh karena itu, konseling yang tepat dan didukung kepatuhan pasien yang tinggi merupakan salah satu pilihan utama dalam membantu penggunaan antibiotik secara benar. Perlu diketahui juga bahwa tidak semua penyakit membutuhkan “bantuan” antibiotik. Jika anda diberikan resep berisi antibiotik oleh dokter, mintalah penjelasan dari dokter anda mengapa anda membutuhkankannya.
    

     1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan antibiotik ?
2.      Apa bahan baku yang digunakan ?
3.      Jelaskan mekanisme pembuatan antibiotik ?
4.      Apa manfaat dari pembuatan antibiotik ?

1.3 Tujuan
1.      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan antibiotik
2.      Dapat mengetahui bahan baku apa yang digunakan dalam pembuatan antibiotik
3.      Dapat menjelaskan mekanisme pembuatan antibiotik.
4.      Untuk  mengetahui manfaat antibiotik dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Dapat menjelaskan salah satu contoh kongkrit pembuatan antibiotik.

       1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalh ini yaitu
1.    agar kita dapat mengetahui tentang antibiotik serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2.    Memberikan kita pengetahuan mengenai produksi antibiotik secara fermentasi dengan melibatkan mikroorganisme tertentu
3.    Memberikan kita pengetahuan bagaimana cara pembuatan antibiotika secara fermentasi
4.    Memberikan wawasan baru tentang sifat-sifat antibiotik




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan, dan bahkan menghancurkan, mikroorganisme berbahaya. Antibiotik berasal dari dua kata Yunani, yaitu ‘anti’ yang berarti ‘melawan’ dan ‘bios’ yang berarti ‘hidup’. Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia sejak tahun 1930-an. Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi virus, seperti flu, pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkhitis, dll.Antibiotik yang dipergunakan untuk mengobati infeksi virus malah bisa membahayakan tubuh.Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh, malah sebaliknya, terjadi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik.Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut pada dosis yang sama.Inilah sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum mengambil antibiotik.Penisilin, sebagai antibiotik pertama, ditemukan secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming dari kultur jamur.Saat ini terdapat lebih dari 100 jenis antibiotik yang digunakan dokter untuk menyembuhkan infeksi ringan sampai parah.
Sumber:http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya

2.2 Bahan Baku yang Digunakan dalam Pembuatan Antibiotik.
Senyawa yang membuat kaldu fermentasi merupakan bahan baku utama yang diperlukan untuk produksi antibiotik. Kaldu ini adalah larutan berair terdiri dari semua bahan yang diperlukan untuk proliferasi mikroorganisme. Biasanya, berisi sumber karbon seperti molase, atau makanan kedelai, yang keduanya terbuat dari gula laktosa dan glukosa. Bahan-bahan ini dibutuhkan sebagai sumber makanan bagi organisme. Nitrogen adalah senyawa lain yang diperlukan dalam siklus metabolisme organisme. Untuk alasan ini, garam amonia biasanya digunakan. Selain itu, jejak unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang tepat dari antibiotik yang memproduksi organisme disertakan. Ini adalah komponen seperti fosfor, belerang, magnesium, seng, besi, dan tembaga diperkenalkan melalui garam larut dalam air. Untuk mencegah berbusa selama fermentasi, agen antibusa seperti octadecanol, dan silikon digunakan.sumber: Poltek surabaya atau http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/.
Beberapa ketentuan persyaratan bahan baku menurut Dirjen POM,2006 adalah sebagai berikut:
a.         Pemasok bahan awal dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
b.         Tiap spesifikasi hendaklah disetujui dan disimpan oleh bagian Pengawasan Mutu kecuali untuk produk jadi yang harus disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
c.         Revisi berkala dari tiap spesifikasi perlu dilakukan agar memenuhi Farmakope edisi terakhir atau literatur resmi lain.
d.        Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, dimana diperlukan :
1.      Deskripsi bahan, termasuk :
-          Nama yang ditentukan dan kode produk internal.
-          Rujukan monografi farmakope.
-          Distribusi yang disetujui.
-          Standar mikrobiologis.
2.      Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan.
3.      Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan.
4.      Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan.
1.         Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
5.         Identitas suatu bets bahan awal biasanya hanya dapat dipastikan apabila sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas terhadap tiap sampel.
6.         Pengambilan sampel boleh dilakukan dari sebagian wadah bila telah dibuat prosedur tervalidasi untuk memastikan bahwa tidak satupun wadah bahan awal yang salah label identitasnya.
7.         Mutu suatu bets bahan awal dapat dinilai dengan mengambil dan menguji sampel. Sampel yang diambil untuk uji identitas dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
8.         Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel hendaklah ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel.
9.         Jumlah sampel yang dapat dicampur menjadi satu sampel komposit hendaklah ditetapkan dengan pertimbangan sifat bahan, informasi tentang pemasok homogenitas sampel komposit itu.
Sumber: Dirjen POM 2006.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33948/4/Chapter%20II.pdf
2.3 Mikroorganisme yang Digunakan.
Adapun mikroorganisme yang digunakan dalam produksi antibotik diantaranya:
1.      Fungi
-          Phymycotes
-          Ascomycotes
·         Aspergillus
·         Penicillium
-          Basidiomycotesm
-          Fungi imferfecti
2.      Bakteri
-          Pseudomodales (pseudomodaceae)
-          Enterobacterilaceae
Micrococcaceae, Lactobacillaceae, Bacillacea (Bacillus)
-          Astinomycetales
Mycobacteriaceae, Actinoplanaceae, Streptomycetaceae (Streptomyces), Micromonosporaceae, Thermoactinomycetaceae, Nocardiaceae.

         2.4 Mekanisme Pembuatan Antibiotik
Meskipun antibiotik paling banyak terjadi pada alam, mereka biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan untuk produksi skala besar.

Untuk alasan ini, proses fermentasi dikembangkan. Ini melibatkan mengisolasi mikroorganisme yang diinginkan, mendorong pertumbuhan budaya dan menyempurnakan dan mengisolasi produk antibiotik akhir. Adalah penting bahwa kondisi steril dipertahankan selama proses manufaktur, karena kontaminasi oleh mikroba asing akan merusak fermentasi.

Persiapan
Sebelum fermentasi dapat dimulai, organisme yang memproduksi antibiotik yang diinginkan harus diisolasi dan jumlahnya harus meningkat berkali-kali. Untuk melakukan hal ini, budaya starter dari sampel sebelumnya terisolasi, dingin disimpan organisme dibuat di laboratorium. Untuk menumbuhkan budaya awal, sampel organisme tersebut dipindahkan ke medium agar yang mengandung. Budaya awal kemudian dimasukkan ke dalam labu goyang bersama dengan makanan dan nutrisi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal ini menciptakan suspensi, yang dapat ditransfer ke tangki benih untuk pertumbuhan lebih lanjut. Tank-tank benih adalah baja tank yang dirancang untuk menyediakan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme tumbuh. Mereka penuh dengan semua hal mikroorganisme tertentu akan perlu untuk bertahan hidup dan berkembang, termasuk air hangat dan makanan karbohidrat seperti gula laktosa atau glukosa. Selain itu, mereka mengandung sumber karbon lainnya yang diperlukan, seperti asam asetat, alkohol, atau hidrokarbon, dan sumber nitrogen seperti garam amonia. Faktor pertumbuhan seperti vitamin, asam amino, dan nutrisi minor melengkapi komposisi isi biji tangki. Tank-tank benih dilengkapi dengan mixer, yang menjaga media pertumbuhan bergerak, dan pompa untuk memberikan disterilkan, udara disaring. Setelah sekitar jam 24-28, bahan dalam tangki benih dipindahkan ke tangki fermentasi utama.
Fermentasi
Tangki fermentasi pada dasarnya adalah versi yang lebih besar tangki, baja benih, yang mampu menampung sekitar 30.000 galon. Itu diisi dengan media pertumbuhan yang sama
Antibiotika ditemukan dalam tangki benih dan juga menyediakan lingkungan indusif untuk pertumbuhan. Berikut mikroorganisme yang diizinkan untuk tumbuh dan berkembang biak. Selama proses ini, mereka mengeluarkan jumlah besar antibiotik yang diinginkan. Tank-tank didinginkan untuk menjaga suhu antara 73-81 ° F (23-27,2 ° C). Hal ini terus gelisah, dan aliran berkelanjutan dari udara disterilkan dipompa ke dalamnya. Untuk alasan ini, anti-foaming agen akan ditambahkan secara berkala. Karena kontrol pH sangat penting untuk pertumbuhan yang optimal, asam atau basa ditambahkan ke tangki yang diperlukan.

Isolasi dan Pemurnian
Setelah tiga sampai lima hari, jumlah maksimum antibiotik akan telah diproduksi dan proses isolasi dapat dimulai. Tergantung pada antibiotik tertentu diproduksi, kaldu fermentasi diproses oleh berbagai metode pemurnian. Misalnya, untuk senyawa antibiotik yang larut dalam air, metode pertukaran ion dapat digunakan untuk pemurnian. Dalam metode ini, senyawa tersebut pertama kali dipisahkan dari bahan sampah organik dalam kaldu dan kemudian dikirim melalui peralatan, yang memisahkan senyawa yang lain larut dalam air dari yang diinginkan. Untuk mengisolasi antibiotik minyak yang larut seperti penisilin, metode ekstraksi pelarut yang digunakan. Dalam metode ini, kaldu diperlakukan dengan pelarut organik seperti butil asetat atau metil isobutil keton, yang secara khusus dapat melarutkan antibiotik. Antibiotik dilarutkan kemudian kembali dengan menggunakan berbagai cara kimia organik. Pada akhir langkah ini, produsen biasanya dibiarkan dengan bentuk bubuk murni dari antibiotik, yang dapat lebih disempurnakan ke dalam jenis produk yang berbeda.

Pengilangan
Produk antibiotik dapat mengambil berbagai bentuk. Mereka bisa dijual dalam solusi untuk tas intravena atau jarum suntik, dalam bentuk pil atau kapsul gel, atau mereka dapat dijual sebagai bubuk, yang dimasukkan ke dalam salep topikal. Tergantung pada bentuk akhir, langkah-langkah pemurnian berbagai antibiotik dapat diambil setelah isolasi awal. Untuk tas intravena, antibiotik kristal dapat dilarutkan dalam larutan, dimasukkan ke dalam tas, yang kemudian tertutup rapat. Untuk kapsul gel, antibiotik bubuk secara fisik diisi ke bagian bawah kapsul kemudian bagian atas secara mekanik diberlakukan. Ketika digunakan dalam salep topikal, antibiotik tersebut dicampur ke dalam salep. Dari titik ini, produk antibiotik diangkut ke stasiun kemasan akhir. Di sini, produk ditumpuk dan dimasukkan ke dalam kotak. Mereka dimuat di truk dan diangkut ke berbagai distributor, rumah sakit, dan apotek. Seluruh proses fermentasi, pemulihan pengolahan, dan bisa berlangsung dari lima sampai delapan hari.

Quality Control
Kontrol kualitas sangat penting dalam produksi antibiotik. Karena melibatkan proses fermentasi, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada kontaminasi diperkenalkan pada setiap saat selama produksi. Untuk tujuan ini, media dan semua peralatan pengolahan yang menyeluruh uap disterilkan. Selama manufaktur, kualitas semua senyawa diperiksa secara teratur. Yang paling penting adalah pemeriksaan sering kondisi budaya mikroorganisme selama proses fermentasi. Ini dicapai dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi. Juga, sifat fisik dan kimia berbagai produk jadi diperiksa seperti pH, titik leleh, dan kadar air.
Di Amerika Serikat, produksi antibiotik sangat diatur oleh Administrasi Makanan dan Obat (FDA). Tergantung pada aplikasi dan jenis antibiotik, pengujian lebih atau kurang harus dilengkapi. Sebagai contoh, FDA mengharuskan untuk antibiotik tertentu setiap batch harus diperiksa oleh mereka untuk efektivitas dan kemurnian. Hanya setelah mereka telah disertifikasi batch itu dapat dijual untuk konsumsi umum.
Sejak pengembangan obat baru adalah proposisi mahal, perusahaan farmasi telah melakukan penelitian sangat sedikit dalam satu dekade terakhir. Namun, suatu perkembangan yang mengkhawatirkan telah mendorong kembali minat dalam pengembangan antibiotik baru. Ternyata bahwa beberapa bakteri penyebab penyakit telah bermutasi dan mengembangkan perlawanan terhadap berbagai antibiotik standar. Ini bisa memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan masyarakat di dunia kecuali antibiotik baru ditemukan atau perbaikan yang dibuat pada orang yang tersedia. Masalah menantang akan menjadi fokus penelitian selama bertahun-tahun yang akan datang. Poltek surabaya.

2.5  Manfaat antibiotik
Manfaat antibiotik ini sangat besar,sehingga terus dikembangkan hingga sampai saat ini. Antibiotik digunakan dalam dalam berbagai bidang, misalnya saja bidang pertanian, kesehatan, bioteknologi dan masih banyak lagi bidang lain yang menggunakan antibiotik ini. secara umum antibiotik ini digunakan untuk menekan atau menghentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang berada dalam tubuh. Manfaat utama antibiotik yang sering digunakan yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka. Dalam pengunaan antibiotik harus dalam ukuran tepat dalam membunuh bakteri.

2.6  Sifat-sifat antibiotik
       Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh dalam antibiotik yaitu
-       Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang(host)
-       Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik
-       Tidak menyebabkan resistensi terhadap kuman
-       Berspektrum luas
-       Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping jika digunakan dalam jangka panjang
-       Larut didalam air serta stabil

2.7  Contoh pembuatan antibiotik
Salah satuh contoh pembuatan antibotik yaitu  PRODUKSI ANTIBIOTIKA SECARA FERMENTASI DARI BIAKAN MIKROORGANISME SIMBION RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii
Sumber: Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim, Asnah Marzuki, dan Sumarheni Laboratorium Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB III
PRODUKSI ANTIBIOTIK

3.1 Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan adalah inkubator (Memmert), Laminar Air Flow (Envirco), autoklaf (All American), oven (WTB Binder E115), shaker (model VRN-480), sonikator (Soniclean), cawan petri, sentrifugator (model DKC-1006T), labu erlenmeyer, gelas ukur (Pyrex), jangka sorong (Tricle Brand), jarum ose bulat, jarum ose lurus, lampu spiritus, lemari pendingin (Panasonic), mikropipet, pinset, tabung sentrifuse, tabung reaksi, timbangan analitik (Chyo), tip.
 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah alga merah Eucheuma cottonii, akuades, dimetil sulfoksida (DMSO), etanol 70 % dan etanol 96%, kapas, kasa steril, kertas cakram berdiameter 6 mm (Oxoid), medium PCA (Plate Count Agar), medium PDA (Potato Dextrose Agar), medium PDY (Potato Dextrose Broth + Extract Yeast), medium MHA (Muller Hinton Agar), dan natrium hipoklorit 1%.

Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dicuci bersih dengan deterjen lalu dibilas dengan air kran dan terakhir dengan akuades. Alat tersebut kemudian dikeringkan di oven pada suhu 60 – 70oC dan ditutup dengan aluminium foil. Untuk tabung reaksi dan labu erlenmeyer terlebih dahulu disumbat dengan kapas bersih kemudian disterilkan. Alat yang terbuat dari gelas disterilkan dalam oven pada suhu 180 oC selama 2 jam, sedangkan alat-alat yang tidak tahan pemanasan tinggi dan berskala disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC, tekanan 2 atm selama 15 menit. Jarum ose disterilkan dengan cara pemanasan langsung hingga memijar.

Pembuatan Medium
Medium Marine Agar
Medium marine broth ditimbang sebanyak 52,4 g dan agar sebanyak 15 g, kemudian didispersikan dengan air suling hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dengan tekanan > 1 atm.
Medium Produksi
Sukrosa ditimbang sebanyak 20 g, pati terlarut 10 g, tepung kedelai 25 g, dekstrosa 1 g, ekstrak ragi 1 g dan NaCl 10 g, kemudian didispersikan dengan air laut hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan tekanan di atas 1 atm. tahun 1998 . Selain itu pada tahun 1997, sebanyak 10 spesies mikroorganisme penghasil antibiotika berhasil diisolasi dari tanah lokasi penumpukan.
Medium Muller Hinton Agar (MHA)
Medium Muller Hinton Agar ditimbang sebanyak 38,0 g kemudian didispersikan dengan air laut hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan tekanan di atas 1 atm.
Medium Plate Count Agar (PCA)
Sebanyak 22,5 g serbuk Medium Plate Count Agar didispersikan dengan air laut hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dengan tekanan di atas 1 atm.

Pengambilan dan Penyiapan Sampel
Sampel alga merah Eucheuma cottonii diperoleh dari Dusun Barugaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Sampel dicuci dengan air laut sampai bersih dan dimasukkan ke dalam plastik sampel kemudian ditempatkan dalam kotak pendingin (cool box) untuk diangkut ke laboratorium. Setelah sampai di laboratorium, sampel alga merah terlebih dahulu dicuci dengan air laut sampai bersih dari kotoran yang menempel, kemudian dibilas dengan air laut steril.

3.2  Hasil dan Pembahasan
Isolasi bakteri Simbion
Sebelum mikroorganisme diisolasi dari rumput laut, terlebih dahulu dilakukan determinasi sampel untuk memastikan jenis rumput laut yang digunakan adalah Eucheuma cottonii. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah benar Eucheuma cottonii.           Isolasi bakteri simbion dari rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode tuang dengan variasi pengenceran dari 10-1 sampai 10-5 (Gambar 1 dan 2) menghasilkan tiga jenis isolat awal bakteri simbion yaitu: EC-1, EC-2, EC-3.


   Dari hasil isolasi awal diperoleh 3 isolat bakteri simbion (Gambar 4) yaitu 3 isolat bakteri endofit (EC-1, EC-2 dan EC-3). Untuk memurnikan menjadi monokultur, isolasi dilanjutkan dengan cara menggores masing-masing isolat ke cawan petri yang berisi medium MA baru. Hasil isolat murni ditandai dengan bentuk koloni dan warna yang sama. Untuk mengamati apakah isolat yang didapatkan sudah murni maka dilakukan pengamatan makroskopik dengan cara meletakkan 1 ose isolat pada medium MA baru
Proses pemisahan isolat bakteri simbion dari Euchema cottonii didasarkan pada karakter morfologi koloni bakteri meliputi bentuk dan warna koloninya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1
Karakteristik morfologi koloni isolat bakteri simbion Eucheuma cottonii Isolat
Warna koloni
Bentuk koloni
EC-1
kuning
bentuk koloni bulat dengan tepi teratur
EC-2
putih
bentuk koloni lonjong dengan tepi teratur
EC-3
putih
bentuk koloni bulat

Uji Antagonis Bakteri Simbion
Uji antagonis bakteri simbion adalah untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri simbion untuk menghambat ataupun membunuh mikroorganisme lain (misalnya mikroorganisme patogen). Uji ini dilakukan dengan membagi area pada cawan petri dalam 2 bagian, area pertama digunakan untuk menggores isolat bakteri simbion sedangkan area kedua untuk menggores organisme uji. Medium yang digunakan adalah medium PCA (untuk isolat bakteri). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar goresan mikroorganisme uji atau tidak menyebarnya koloni mikroorganisme uji dari daerah goresan.
Dari hasil uji antagonis terlihat semua isolat bakteri simbion menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan tidak menyebarnya koloni bakteri dari daerah goresan dan terkhusus isolat EC-1 memperlihatkan adanya zona bening di sekitar goresan.
Dari hasil uji antagonis terlihat semua isolat bakteri simbion menghambat pertumbuhan bak-teri Erchericiae coli yang ditunjukkan dengan tidak menyebarnya koloni bakteri dari daerah goresan dan terkhusus isolat EC-1 memperlihatkan adanya zona bening di sekitar gores.
Gambar 6 menunjukkan hasil yang sama dengan yang ditunjukkan pada uji antagonis ter-hadap bakteri S.aureus. Hal ini sangat jelas terlihat bahwa setiap goresan bakteri Escherichia coli tidak ada yang menyebar dari daerah goresannya.
Fermentasi Bakteri Simbion
Hasil fermentasi isolat EC-1 dalam shaker memberi warna bening dan tidak mengandung gumpalan, sedangkan isolat EC-2 dan EC-3 memberi warna bening keruh dan tanpa gumpalan. Sebelum dilakukan uji aktivitas antibiotika terlebih dahulu dilakukan proses sonifikasi dengan tujuan untuk memecahkan dinding sel bakteri agar mudah untuk mengekstraksi metabolit antibiotika yang berada dalam sel. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan supernatan dari residu.
Uji Aktivitas Antibiotika
Pada pengujian daya hambat didapatkan hasil bahwa setiap produk isolat bakteri simbion memiliki aktivitas berspektrum luas terhadap se-mua mikroorganisme uji dengan tingkat penghambatan yang bervariasi. Dari Tabel 2, juga dapat dilihat bahwa produk isolat bakteri simbion EC-2 memperlihatkan daya hambat terbesar terhadap bakteri Escherichia coli (9.43 mm) dibandingkan dengan antibiotika kloramfenikol baku (7,32 mm). Sedangkan aktifitas lebih rendah terlihat pada produk isolat bakteri simbion EC-2 pada bakteri Staphylococcus aureus (6,21 mm) dibandingkan antibiotika ampisilin baku (6,25 mm).
Hasil pengamatan diameter daerah hambatan rata-rata hasil fermentasi bakteri simbion dari Eucheuma cottonii terhadap pertumbuhan Staphylococcus auresus dan Escherichia coli Hasil Fermentasi/ Pembanding
Diameter Zona Hambatan (mm)
S.aureus
E.coli
Produk EC-1
-
7,42
-
7,41
-
7,41
Rata-Rata
0
7,41
Produk EC-2
6,24
9,17
6,2
9,97
6,2
9,16
Rata-Rata
6,21
9,43
Produk EC-3
6,53
-
6,11
-
6,13
-
Rata-Rata
6,26
0,00
Kontrol positif
6,25
ampisilin baku 30 ppm
6,24
6,25
Rata-Rata
6,25
0,00
Kontrol positif kloramfenikol baku 30 ppm
7,13
7,48
7,35
Rata-rata
0
7,32






Karakterisasi Mikroorganisme Simbion
Pengamatan secara Makroskopik
Karakterisasi mikroorganisme simbion dapat dilakukan dengan pengamatan makroskopik yang meliputi pengamatan warna koloni (permuka-an dan reverse side), tekstur, topografi, garis radial dan garis konsentris. Garis radial merupakan garis yang terlihat seperti jari-jari koloni, sedangkan lingkaran konsentris terbentuk dalam suatu koloni garis radial dan lingkaran konsentris seringkali lebih jelas terlihat pada reverse side.
Karakterisasi isolat bakteri simbion dari Euchema cottonii didasarkan pada karakteristik morfologi koloni bakteri meliputi bentuk dan warna koloninya.
Pengamatan Mikroskopik terhadap Morfologi Secara dengan Pewarnaan Spora
Pengamatan morfologi secara mikroskopik dengan pewarnaan spora dilakukan dengan pengecatan gram A – D. Hasil pengamatan dapat di-lihat pada tabel 3.
 Hasil Pengamatan Morfologis Secara Mikro-skopik dengan Pengecatan Gram Isolat Bakteri
Bentuk
Kategori bakteri (setelah pengecatan gram (A – D)
EC-1
Coccus
Bakteri gram negatif
EC-2
Coccus
Bakteri gram negatif
EC-3
Coccus
Bakteri gram negatif
















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
     Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa antibiotik merupakan zat kimia atau obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme  yang umumnya digunakan untuk menekan dan menghentikan perkembangan mikroorganisme lainnya yang bersifat patogen yang berada dalam tubuh  serta untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka.  Dalam pengunaan antibiotik harus dalam ukuran tepat dalam membunuh bakteri, karena jika tidak maka mikroorganisme yang menjadi sasaran antibiotik akan kebal terhadap antibiotik, menyebabkan kerusakan organ bagian dalam tubuh bahkan kematian.

4.2 Saran
     Menggunakan antibiotik memang mempercepat penyembuhan, tetapi penggunaan antibiotik yang berlebihan malah dapat menyebabkan penyakit tambah parah. Oleh karena itu ambillah keputusan yang bijak serta gunakan antibiotik sesuai dengan dosis dalam penggunaan antibiotik.


















DAFTAR PUSTAKA

-          Sumber:http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya
-          Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim, Asnah Marzuki, dan Sumarheni Laboratorium Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
-          http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33948/4/Chapter%20II.pdf