Teknologi
Bioproses
Kelas 2c
MAKALAH
Produksi
Antibiotik Dengan Cara Fermentasi
Disusun
oleh: Kelompok 1
Nama:
Leonardi Saung
(33112038)
Rosmala Sarif (33112054)
Nur Wahyuni Ma’sum (33112071)
Restiwi Tangkelayuk (33112051)
TEKNIK
KIMIA
POLITEKNIK
NEGERI UJUNG PANDANG 2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Pembuatan Antibiotik melalui Fermentasi” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan hasil pemikiran kami dibantu oleh beberapa referensi.
Kami menyadari
bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritikan dari semua pihak.
Tak
lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada yang terhormat:
1. Bpk Muhammad saleh selaku dosen kami yang dengan kerendahan hati membimbing
kami dan mengarahkn kami hingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semangat
kerja kepada kami.
3. Pemilik
4. Serta teman-teman sekalian yang juga ikut turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklalah sempurna oleh
karena itu kami mengharap masukan dan kritikan yang bersifat membangun bagi
makalah kami ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua
Wassalmu alaikum warahmatullahi
wabarakatu
Hormat kami
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ...................................................................................................i
Daftar
isi ..........................................................................................................ii
Bab
I. Pendahuluan. ...........................................................................................1
I.1. Rumusan masalah ..............................................................................2
I.2. Tujuan ..............................................................................................2
I.3.
Manfaat ............................................................................................2
Bab
2. Pembahasan ............................................................................................3
2.1.
Pengertian antibiotik ........................................................................3
2.2.
Bahan baku pembuatan antibiotik ......................................................3
2.3. Bakteri yang
digunakan dalam pembuatan antibiotik ............................5
2.4. Mekanisme
pembuatan antibiotik .......................................................6
2.5.
Manfaat pembuatan antibiotik ..........................................................9
2.6.
sifat-sifat antibiotik . .........................................................................10
2.7.
contoh pembuatan antibiotik
....................... ........................................10
BAB
3. Produksi antibiotik .............................................................................10
3.1. Pendahuluan ...............................................................................11
3.2. metode penelitian ...........................................................................12
3.3. Hasil dan
Pembahasan ....................................................................14
BAB
4. Penutup ............................................................................................21
4.1. Kesimpulan ..................................................................................21
4.2. Saran ...........................................................................................21
Daftar pustaka .................................................................................................iii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik
termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern.
Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan
orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang
saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan
30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia
I.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut “peluru ajaib”, yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Penggunaan antibiotik sangat diperhatikan oleh para apoteker dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya penggunaan pada orang awam yang kurang memahami arti pentingnya kepatuhan dalam pengunaan antibiotik. Tentu kita sering mendengar kalimat “antibiotiknya harus diminum sesuai aturan dan sampai habis ya”. Beberapa dari kalian mungkin pernah bertanya, mengapa? Salah satu masalah besar yang timbul dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah resistensi. Dalam kasus ini, jangan meremehkan bakteri ya, karena mereka itu cerdik. Jika kita tidak meminum antibiotik tepat waktu, atau tidak sampai habis karena merasa sudah sembuh, bakteri-bakteri di tubuh kita akan menjadi terlatih dengan “serangan” yang kita berikan. Tidak hanya itu, mereka juga mengatur strategi agar dapat memodifikasi “serangan” sehingga mereka dapat menghindari “serangan” kita dan menjadi kebal. Bayangkan jika infeksi bakteri menjadi sulit diberantas. Berbahaya bukan? Oleh karena itu, konseling yang tepat dan didukung kepatuhan pasien yang tinggi merupakan salah satu pilihan utama dalam membantu penggunaan antibiotik secara benar. Perlu diketahui juga bahwa tidak semua penyakit membutuhkan “bantuan” antibiotik. Jika anda diberikan resep berisi antibiotik oleh dokter, mintalah penjelasan dari dokter anda mengapa anda membutuhkankannya.
Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut “peluru ajaib”, yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan.
Penggunaan antibiotik sangat diperhatikan oleh para apoteker dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya penggunaan pada orang awam yang kurang memahami arti pentingnya kepatuhan dalam pengunaan antibiotik. Tentu kita sering mendengar kalimat “antibiotiknya harus diminum sesuai aturan dan sampai habis ya”. Beberapa dari kalian mungkin pernah bertanya, mengapa? Salah satu masalah besar yang timbul dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah resistensi. Dalam kasus ini, jangan meremehkan bakteri ya, karena mereka itu cerdik. Jika kita tidak meminum antibiotik tepat waktu, atau tidak sampai habis karena merasa sudah sembuh, bakteri-bakteri di tubuh kita akan menjadi terlatih dengan “serangan” yang kita berikan. Tidak hanya itu, mereka juga mengatur strategi agar dapat memodifikasi “serangan” sehingga mereka dapat menghindari “serangan” kita dan menjadi kebal. Bayangkan jika infeksi bakteri menjadi sulit diberantas. Berbahaya bukan? Oleh karena itu, konseling yang tepat dan didukung kepatuhan pasien yang tinggi merupakan salah satu pilihan utama dalam membantu penggunaan antibiotik secara benar. Perlu diketahui juga bahwa tidak semua penyakit membutuhkan “bantuan” antibiotik. Jika anda diberikan resep berisi antibiotik oleh dokter, mintalah penjelasan dari dokter anda mengapa anda membutuhkankannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan antibiotik ?
2.
Apa bahan baku yang digunakan ?
3.
Jelaskan mekanisme pembuatan antibiotik ?
4.
Apa manfaat dari pembuatan antibiotik ?
1.3 Tujuan
1.
Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan antibiotik
2.
Dapat mengetahui bahan baku apa yang digunakan dalam
pembuatan antibiotik
3.
Dapat menjelaskan mekanisme pembuatan antibiotik.
4.
Untuk mengetahui
manfaat antibiotik dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Dapat menjelaskan salah satu contoh kongkrit pembuatan
antibiotik.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalh ini yaitu
1.
agar kita dapat mengetahui tentang antibiotik serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan, terutama dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
2.
Memberikan kita pengetahuan mengenai produksi antibiotik
secara fermentasi dengan melibatkan mikroorganisme tertentu
3.
Memberikan kita pengetahuan bagaimana cara pembuatan
antibiotika secara fermentasi
4.
Memberikan wawasan baru tentang sifat-sifat antibiotik
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan, dan bahkan
menghancurkan, mikroorganisme berbahaya. Antibiotik berasal dari dua kata
Yunani, yaitu ‘anti’ yang berarti ‘melawan’ dan ‘bios’ yang berarti ‘hidup’.
Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai
bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia sejak tahun 1930-an. Antibiotik hanya
melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi virus, seperti flu,
pilek, sakit tenggorokan, gondok, bronkhitis, dll.Antibiotik yang dipergunakan
untuk mengobati infeksi virus malah bisa membahayakan tubuh.Hal ini karena
setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh, malah sebaliknya,
terjadi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik.Bakteri yang kebal
dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut pada dosis yang
sama.Inilah sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh dokter sebelum mengambil antibiotik.Penisilin, sebagai
antibiotik pertama, ditemukan secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming dari
kultur jamur.Saat ini terdapat lebih dari 100 jenis antibiotik yang digunakan
dokter untuk menyembuhkan infeksi ringan sampai parah.
Sumber:http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya
2.2 Bahan Baku yang Digunakan dalam
Pembuatan Antibiotik.
Senyawa yang membuat kaldu fermentasi merupakan bahan baku utama yang
diperlukan untuk produksi antibiotik. Kaldu ini adalah larutan berair terdiri
dari semua bahan yang diperlukan untuk proliferasi mikroorganisme. Biasanya,
berisi sumber karbon seperti molase, atau makanan kedelai, yang keduanya
terbuat dari gula laktosa dan glukosa. Bahan-bahan ini dibutuhkan sebagai
sumber makanan bagi organisme. Nitrogen adalah senyawa lain yang diperlukan
dalam siklus metabolisme organisme. Untuk alasan ini, garam amonia biasanya
digunakan. Selain itu, jejak unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang tepat
dari antibiotik yang memproduksi organisme disertakan. Ini adalah komponen
seperti fosfor, belerang, magnesium, seng, besi, dan tembaga diperkenalkan
melalui garam larut dalam air. Untuk mencegah berbusa selama fermentasi, agen
antibusa seperti octadecanol, dan silikon digunakan.sumber: Poltek surabaya
atau http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/.
Beberapa ketentuan persyaratan bahan baku menurut
Dirjen POM,2006 adalah sebagai berikut:
a.
Pemasok bahan awal dievaluasi dan
disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
b.
Tiap spesifikasi hendaklah disetujui dan
disimpan oleh bagian Pengawasan Mutu kecuali untuk produk jadi yang harus
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
c.
Revisi berkala dari tiap spesifikasi
perlu dilakukan agar memenuhi Farmakope edisi terakhir atau literatur resmi
lain.
d.
Spesifikasi bahan awal hendaklah
mencakup, dimana diperlukan :
1. Deskripsi
bahan, termasuk :
-
Nama yang ditentukan dan kode produk
internal.
-
Rujukan monografi farmakope.
-
Distribusi yang disetujui.
-
Standar mikrobiologis.
2. Petunjuk
pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan.
3. Persyaratan
kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan.
4. Kondisi
penyimpanan dan tindakan pengamanan.
1.
Batas waktu penyimpanan sebelum
dilakukan pengujian kembali.
5.
Identitas suatu bets bahan awal biasanya
hanya dapat dipastikan apabila sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji
identitas terhadap tiap sampel.
6.
Pengambilan sampel boleh dilakukan dari
sebagian wadah bila telah dibuat prosedur tervalidasi untuk memastikan bahwa
tidak satupun wadah bahan awal yang salah label identitasnya.
7.
Mutu suatu bets bahan awal dapat dinilai
dengan mengambil dan menguji sampel. Sampel yang diambil untuk uji identitas
dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
8.
Jumlah yang diambil untuk menyiapkan
sampel hendaklah ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola
pengambilan sampel.
9.
Jumlah sampel yang dapat dicampur
menjadi satu sampel komposit hendaklah ditetapkan dengan pertimbangan sifat
bahan, informasi tentang pemasok homogenitas sampel komposit itu.
Sumber:
Dirjen POM 2006.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33948/4/Chapter%20II.pdf
2.3
Mikroorganisme yang Digunakan.
Adapun
mikroorganisme yang digunakan dalam produksi antibotik diantaranya:
1.
Fungi
-
Phymycotes
-
Ascomycotes
·
Aspergillus
·
Penicillium
-
Basidiomycotesm
-
Fungi imferfecti
2.
Bakteri
-
Pseudomodales
(pseudomodaceae)
-
Enterobacterilaceae
Micrococcaceae, Lactobacillaceae,
Bacillacea (Bacillus)
-
Astinomycetales
Mycobacteriaceae,
Actinoplanaceae, Streptomycetaceae (Streptomyces), Micromonosporaceae, Thermoactinomycetaceae,
Nocardiaceae.
2.4
Mekanisme Pembuatan Antibiotik
Meskipun antibiotik paling banyak terjadi pada alam, mereka biasanya tidak
tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan untuk produksi skala besar.
Untuk alasan ini, proses fermentasi dikembangkan. Ini melibatkan mengisolasi mikroorganisme yang diinginkan, mendorong pertumbuhan budaya dan menyempurnakan dan mengisolasi produk antibiotik akhir. Adalah penting bahwa kondisi steril dipertahankan selama proses manufaktur, karena kontaminasi oleh mikroba asing akan merusak fermentasi.
Persiapan
Sebelum fermentasi dapat dimulai, organisme yang memproduksi antibiotik
yang diinginkan harus diisolasi dan jumlahnya harus meningkat berkali-kali.
Untuk melakukan hal ini, budaya starter dari sampel sebelumnya terisolasi,
dingin disimpan organisme dibuat di laboratorium. Untuk menumbuhkan budaya
awal, sampel organisme tersebut dipindahkan ke medium agar yang mengandung.
Budaya awal kemudian dimasukkan ke dalam labu goyang bersama dengan makanan dan
nutrisi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal ini menciptakan suspensi,
yang dapat ditransfer ke tangki benih untuk pertumbuhan lebih lanjut. Tank-tank
benih adalah baja tank yang dirancang untuk menyediakan lingkungan yang ideal
bagi mikroorganisme tumbuh. Mereka penuh dengan semua hal mikroorganisme
tertentu akan perlu untuk bertahan hidup dan berkembang, termasuk air hangat
dan makanan karbohidrat seperti gula laktosa atau glukosa. Selain itu, mereka
mengandung sumber karbon lainnya yang diperlukan, seperti asam asetat, alkohol,
atau hidrokarbon, dan sumber nitrogen seperti garam amonia. Faktor pertumbuhan
seperti vitamin, asam amino, dan nutrisi minor melengkapi komposisi isi biji
tangki. Tank-tank benih dilengkapi dengan mixer, yang menjaga media pertumbuhan
bergerak, dan pompa untuk memberikan disterilkan, udara disaring. Setelah
sekitar jam 24-28, bahan dalam tangki benih dipindahkan ke tangki fermentasi
utama.
Fermentasi
Tangki fermentasi pada dasarnya adalah versi yang lebih besar tangki, baja
benih, yang mampu menampung sekitar 30.000 galon. Itu diisi dengan media
pertumbuhan yang sama
Antibiotika ditemukan dalam tangki benih dan juga menyediakan lingkungan
indusif untuk pertumbuhan. Berikut mikroorganisme yang diizinkan untuk tumbuh
dan berkembang biak. Selama proses ini, mereka mengeluarkan jumlah besar
antibiotik yang diinginkan. Tank-tank didinginkan untuk menjaga suhu antara
73-81 ° F (23-27,2 ° C). Hal ini terus gelisah, dan aliran berkelanjutan dari
udara disterilkan dipompa ke dalamnya. Untuk alasan ini, anti-foaming agen akan
ditambahkan secara berkala. Karena kontrol pH sangat penting untuk pertumbuhan
yang optimal, asam atau basa ditambahkan ke tangki yang diperlukan.
Isolasi dan Pemurnian
Setelah tiga sampai lima hari, jumlah maksimum antibiotik akan telah diproduksi
dan proses isolasi dapat dimulai. Tergantung pada antibiotik tertentu
diproduksi, kaldu fermentasi diproses oleh berbagai metode pemurnian. Misalnya,
untuk senyawa antibiotik yang larut dalam air, metode pertukaran ion dapat
digunakan untuk pemurnian. Dalam metode ini, senyawa tersebut pertama kali
dipisahkan dari bahan sampah organik dalam kaldu dan kemudian dikirim melalui
peralatan, yang memisahkan senyawa yang lain larut dalam air dari yang
diinginkan. Untuk mengisolasi antibiotik minyak yang larut seperti penisilin,
metode ekstraksi pelarut yang digunakan. Dalam metode ini, kaldu diperlakukan
dengan pelarut organik seperti butil asetat atau metil isobutil keton, yang
secara khusus dapat melarutkan antibiotik. Antibiotik dilarutkan kemudian kembali
dengan menggunakan berbagai cara kimia organik. Pada akhir langkah ini,
produsen biasanya dibiarkan dengan bentuk bubuk murni dari antibiotik, yang
dapat lebih disempurnakan ke dalam jenis produk yang berbeda.
Pengilangan
Produk antibiotik dapat mengambil berbagai bentuk. Mereka bisa dijual dalam
solusi untuk tas intravena atau jarum suntik, dalam bentuk pil atau kapsul gel,
atau mereka dapat dijual sebagai bubuk, yang dimasukkan ke dalam salep topikal.
Tergantung pada bentuk akhir, langkah-langkah pemurnian berbagai antibiotik
dapat diambil setelah isolasi awal. Untuk tas intravena, antibiotik kristal
dapat dilarutkan dalam larutan, dimasukkan ke dalam tas, yang kemudian tertutup
rapat. Untuk kapsul gel, antibiotik bubuk secara fisik diisi ke bagian bawah
kapsul kemudian bagian atas secara mekanik diberlakukan. Ketika digunakan dalam
salep topikal, antibiotik tersebut dicampur ke dalam salep. Dari titik ini,
produk antibiotik diangkut ke stasiun kemasan akhir. Di sini, produk ditumpuk
dan dimasukkan ke dalam kotak. Mereka dimuat di truk dan diangkut ke berbagai
distributor, rumah sakit, dan apotek. Seluruh proses fermentasi, pemulihan
pengolahan, dan bisa berlangsung dari lima sampai delapan hari.
Quality Control
Kontrol kualitas sangat penting dalam produksi antibiotik. Karena
melibatkan proses fermentasi, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan
bahwa benar-benar tidak ada kontaminasi diperkenalkan pada setiap saat selama
produksi. Untuk tujuan ini, media dan semua peralatan pengolahan yang
menyeluruh uap disterilkan. Selama manufaktur, kualitas semua senyawa diperiksa
secara teratur. Yang paling penting adalah pemeriksaan sering kondisi budaya
mikroorganisme selama proses fermentasi. Ini dicapai dengan menggunakan
berbagai teknik kromatografi. Juga, sifat fisik dan kimia berbagai produk jadi
diperiksa seperti pH, titik leleh, dan kadar air.
Di Amerika Serikat, produksi antibiotik sangat diatur oleh Administrasi
Makanan dan Obat (FDA). Tergantung pada aplikasi dan jenis antibiotik,
pengujian lebih atau kurang harus dilengkapi. Sebagai contoh, FDA mengharuskan
untuk antibiotik tertentu setiap batch harus diperiksa oleh mereka untuk
efektivitas dan kemurnian. Hanya setelah mereka telah disertifikasi batch itu
dapat dijual untuk konsumsi umum.
Sejak pengembangan obat baru adalah proposisi mahal, perusahaan farmasi
telah melakukan penelitian sangat sedikit dalam satu dekade terakhir. Namun,
suatu perkembangan yang mengkhawatirkan telah mendorong kembali minat dalam
pengembangan antibiotik baru. Ternyata bahwa beberapa bakteri penyebab penyakit
telah bermutasi dan mengembangkan perlawanan terhadap berbagai antibiotik
standar. Ini bisa memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan masyarakat di
dunia kecuali antibiotik baru ditemukan atau perbaikan yang dibuat pada orang
yang tersedia. Masalah menantang akan menjadi fokus penelitian selama
bertahun-tahun yang akan datang. Poltek
surabaya.
2.5 Manfaat antibiotik
Manfaat
antibiotik ini sangat besar,sehingga terus dikembangkan hingga sampai saat ini.
Antibiotik digunakan dalam dalam berbagai bidang, misalnya saja bidang
pertanian, kesehatan, bioteknologi dan masih banyak lagi bidang lain yang
menggunakan antibiotik ini. secara umum antibiotik ini digunakan untuk menekan
atau menghentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang
berada dalam tubuh. Manfaat utama antibiotik yang sering digunakan yaitu untuk
mencegah terjadinya infeksi pada luka. Dalam pengunaan antibiotik harus dalam
ukuran tepat dalam membunuh bakteri.
2.6 Sifat-sifat
antibiotik
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki
oleh dalam antibiotik yaitu
-
Menghambat
atau membunuh patogen tanpa merusak inang(host)
-
Bersifat
bakterisida dan bukan bakteriostatik
-
Tidak
menyebabkan resistensi terhadap kuman
-
Berspektrum
luas
-
Tidak
bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping jika digunakan dalam jangka
panjang
-
Larut
didalam air serta stabil
2.7 Contoh
pembuatan antibiotik
Salah satuh contoh pembuatan
antibotik yaitu PRODUKSI
ANTIBIOTIKA SECARA FERMENTASI DARI BIAKAN MIKROORGANISME SIMBION RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii
Sumber:
Tadjuddin Naid,
Syaharuddin Kasim, Asnah Marzuki, dan Sumarheni Laboratorium Kimia Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB III
PRODUKSI ANTIBIOTIK
3.1 Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan adalah inkubator (Memmert),
Laminar Air Flow (Envirco), autoklaf (All American), oven
(WTB Binder E115), shaker (model VRN-480), sonikator (Soniclean),
cawan petri, sentrifugator (model DKC-1006T), labu erlenmeyer, gelas
ukur (Pyrex), jangka sorong (Tricle Brand), jarum ose bulat,
jarum ose lurus, lampu spiritus, lemari pendingin (Panasonic),
mikropipet, pinset, tabung sentrifuse, tabung reaksi, timbangan analitik (Chyo),
tip.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah alga merah Eucheuma
cottonii, akuades, dimetil sulfoksida (DMSO), etanol 70 % dan etanol 96%,
kapas, kasa steril, kertas cakram berdiameter 6 mm (Oxoid), medium PCA (Plate
Count Agar), medium PDA (Potato Dextrose Agar), medium PDY (Potato
Dextrose Broth + Extract Yeast), medium MHA (Muller Hinton Agar),
dan natrium hipoklorit 1%.
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dicuci bersih dengan deterjen lalu
dibilas dengan air kran dan terakhir dengan akuades. Alat tersebut kemudian
dikeringkan di oven pada suhu 60 – 70oC dan ditutup dengan aluminium
foil. Untuk tabung reaksi dan labu erlenmeyer terlebih dahulu disumbat dengan
kapas bersih kemudian disterilkan. Alat yang terbuat dari gelas disterilkan
dalam oven pada suhu 180 oC selama 2 jam, sedangkan alat-alat yang
tidak tahan pemanasan tinggi dan berskala disterilkan dalam autoklaf pada suhu
121oC, tekanan 2 atm selama 15 menit. Jarum ose disterilkan dengan
cara pemanasan langsung hingga memijar.
Pembuatan Medium
Medium Marine Agar
Medium marine broth ditimbang sebanyak 52,4 g dan agar
sebanyak 15 g, kemudian didispersikan dengan air suling hingga 1000 ml. Medium
dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
121°C selama 15 menit dengan tekanan > 1 atm.
Medium Produksi
Sukrosa ditimbang sebanyak 20 g, pati terlarut 10 g, tepung
kedelai 25 g, dekstrosa 1 g, ekstrak ragi 1 g dan NaCl 10 g, kemudian
didispersikan dengan air laut hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas
penangas air dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit
dengan tekanan di atas 1 atm. tahun
1998 . Selain itu pada tahun 1997, sebanyak 10 spesies mikroorganisme penghasil
antibiotika berhasil diisolasi dari tanah lokasi penumpukan.
Medium
Muller Hinton Agar (MHA)
Medium
Muller Hinton Agar ditimbang sebanyak 38,0 g kemudian didispersikan dengan air
laut hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan tekanan di atas 1 atm.
Medium
Plate Count Agar (PCA)
Sebanyak
22,5 g serbuk Medium Plate Count Agar didispersikan dengan air laut
hingga 1000 ml. Medium dididihkan di atas penangas air dan disterilkan di dalam
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dengan tekanan di atas 1 atm.
Pengambilan dan Penyiapan Sampel
Sampel
alga merah Eucheuma cottonii diperoleh dari Dusun Barugaya, Desa Punaga,
Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Sampel dicuci dengan air laut
sampai bersih dan dimasukkan ke dalam plastik sampel kemudian ditempatkan dalam
kotak pendingin (cool box) untuk diangkut ke laboratorium. Setelah
sampai di laboratorium, sampel alga merah terlebih dahulu dicuci dengan air
laut sampai bersih dari kotoran yang menempel, kemudian dibilas dengan air laut
steril.
3.2
Hasil dan Pembahasan
Isolasi bakteri
Simbion
Sebelum mikroorganisme diisolasi dari rumput laut,
terlebih dahulu dilakukan determinasi sampel untuk memastikan jenis rumput laut
yang digunakan adalah Eucheuma cottonii. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa sampel yang digunakan adalah benar Eucheuma cottonii. Isolasi bakteri simbion dari
rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode tuang dengan variasi
pengenceran dari 10-1 sampai 10-5 (Gambar 1 dan 2) menghasilkan tiga jenis
isolat awal bakteri simbion yaitu: EC-1, EC-2, EC-3.
Dari hasil isolasi awal diperoleh 3 isolat bakteri
simbion (Gambar 4) yaitu 3 isolat bakteri endofit (EC-1, EC-2 dan EC-3). Untuk
memurnikan menjadi monokultur, isolasi dilanjutkan dengan cara menggores
masing-masing isolat ke cawan petri yang berisi medium MA baru. Hasil isolat
murni ditandai dengan bentuk koloni dan warna yang sama. Untuk mengamati apakah
isolat yang didapatkan sudah murni maka dilakukan pengamatan makroskopik dengan
cara meletakkan 1 ose isolat pada medium MA baru
Proses pemisahan isolat bakteri simbion dari Euchema
cottonii didasarkan pada karakter morfologi koloni bakteri meliputi bentuk
dan warna koloninya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel.
Tabel
1
Karakteristik morfologi koloni
isolat bakteri simbion Eucheuma cottonii Isolat
|
Warna koloni
|
Bentuk koloni
|
EC-1
|
kuning
|
bentuk koloni bulat dengan tepi
teratur
|
EC-2
|
putih
|
bentuk koloni lonjong dengan
tepi teratur
|
EC-3
|
putih
|
bentuk koloni bulat
|
Uji Antagonis Bakteri Simbion
Uji
antagonis bakteri simbion adalah untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri
simbion untuk menghambat ataupun membunuh mikroorganisme lain (misalnya
mikroorganisme patogen). Uji ini dilakukan dengan membagi area pada cawan petri
dalam 2 bagian, area pertama digunakan untuk menggores isolat bakteri simbion
sedangkan area kedua untuk menggores organisme uji. Medium yang digunakan
adalah medium PCA (untuk isolat bakteri). Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya zona bening di sekitar goresan mikroorganisme uji atau tidak
menyebarnya koloni mikroorganisme uji dari daerah goresan.
Dari hasil uji antagonis terlihat semua isolat
bakteri simbion menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang
ditunjukkan dengan tidak menyebarnya koloni bakteri dari daerah goresan dan
terkhusus isolat EC-1 memperlihatkan adanya zona bening di sekitar goresan.
Dari hasil uji antagonis terlihat semua isolat
bakteri simbion menghambat pertumbuhan bak-teri Erchericiae coli yang
ditunjukkan dengan tidak menyebarnya koloni bakteri dari daerah goresan dan
terkhusus isolat EC-1 memperlihatkan adanya zona bening di sekitar gores.
Fermentasi Bakteri Simbion
Hasil fermentasi isolat EC-1 dalam shaker memberi
warna bening dan tidak mengandung gumpalan, sedangkan isolat EC-2 dan EC-3
memberi warna bening keruh dan tanpa gumpalan. Sebelum dilakukan uji aktivitas
antibiotika terlebih dahulu dilakukan proses sonifikasi dengan tujuan untuk
memecahkan dinding sel bakteri agar mudah untuk mengekstraksi metabolit
antibiotika yang berada dalam sel. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan supernatan dari residu.
Uji Aktivitas Antibiotika
Pada pengujian daya hambat didapatkan hasil bahwa
setiap produk isolat bakteri simbion memiliki aktivitas berspektrum luas
terhadap se-mua mikroorganisme uji dengan tingkat penghambatan yang bervariasi.
Dari Tabel 2, juga dapat dilihat bahwa produk isolat bakteri simbion EC-2
memperlihatkan daya hambat terbesar terhadap bakteri Escherichia coli (9.43
mm) dibandingkan dengan antibiotika kloramfenikol baku (7,32 mm). Sedangkan
aktifitas lebih rendah terlihat pada produk isolat bakteri simbion EC-2 pada
bakteri Staphylococcus aureus (6,21 mm) dibandingkan antibiotika
ampisilin baku (6,25 mm).
Hasil pengamatan diameter
daerah hambatan rata-rata hasil fermentasi bakteri simbion dari Eucheuma
cottonii terhadap pertumbuhan Staphylococcus auresus dan Escherichia
coli Hasil Fermentasi/ Pembanding
|
Diameter Zona
Hambatan (mm)
|
|||
S.aureus
|
E.coli
|
|||
Produk EC-1
|
-
|
7,42
|
||
-
|
7,41
|
|||
-
|
7,41
|
|||
Rata-Rata
|
0
|
7,41
|
||
Produk EC-2
|
6,24
|
9,17
|
||
6,2
|
9,97
|
|||
6,2
|
9,16
|
|||
Rata-Rata
|
6,21
|
9,43
|
||
Produk EC-3
|
6,53
|
-
|
||
6,11
|
-
|
|||
6,13
|
-
|
|||
Rata-Rata
|
6,26
|
0,00
|
||
Kontrol positif
|
6,25
|
|||
ampisilin baku 30
ppm
|
6,24
|
|||
6,25
|
||||
Rata-Rata
|
6,25
|
0,00
|
||
Kontrol positif
kloramfenikol baku 30 ppm
|
7,13
|
|||
7,48
|
||||
7,35
|
||||
Rata-rata
|
0
|
7,32
|
||
Karakterisasi Mikroorganisme
Simbion
Pengamatan secara
Makroskopik
Karakterisasi
mikroorganisme simbion dapat dilakukan dengan pengamatan makroskopik yang
meliputi pengamatan warna koloni (permuka-an dan reverse side), tekstur,
topografi, garis radial dan garis konsentris. Garis radial merupakan garis yang
terlihat seperti jari-jari koloni, sedangkan lingkaran konsentris terbentuk
dalam suatu koloni garis radial dan lingkaran konsentris seringkali lebih jelas
terlihat pada reverse side.
Karakterisasi
isolat bakteri simbion dari Euchema cottonii didasarkan pada
karakteristik morfologi koloni bakteri meliputi bentuk dan warna koloninya.
Pengamatan Mikroskopik terhadap Morfologi Secara
dengan Pewarnaan Spora
Pengamatan
morfologi secara mikroskopik dengan pewarnaan spora dilakukan dengan pengecatan
gram A – D. Hasil pengamatan dapat di-lihat pada tabel 3.
Hasil Pengamatan Morfologis Secara
Mikro-skopik dengan Pengecatan Gram Isolat Bakteri
|
Bentuk
|
Kategori bakteri
(setelah pengecatan gram (A – D)
|
EC-1
|
Coccus
|
Bakteri gram
negatif
|
EC-2
|
Coccus
|
Bakteri gram
negatif
|
EC-3
|
Coccus
|
Bakteri gram
negatif
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa antibiotik merupakan zat kimia atau obat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang umumnya digunakan
untuk menekan dan menghentikan perkembangan mikroorganisme lainnya yang
bersifat patogen yang berada dalam tubuh
serta untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka. Dalam pengunaan antibiotik harus dalam ukuran
tepat dalam membunuh bakteri, karena jika tidak maka mikroorganisme yang menjadi
sasaran antibiotik akan kebal terhadap antibiotik, menyebabkan kerusakan organ
bagian dalam tubuh bahkan kematian.
4.2 Saran
Menggunakan antibiotik memang mempercepat
penyembuhan, tetapi penggunaan antibiotik yang berlebihan malah dapat
menyebabkan penyakit tambah parah. Oleh karena itu ambillah keputusan yang
bijak serta gunakan antibiotik sesuai dengan dosis dalam penggunaan antibiotik.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Sumber:http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya
-
Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim,
Asnah Marzuki, dan Sumarheni Laboratorium Kimia
Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
-
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33948/4/Chapter%20II.pdf